Kamis, 07 April 2016

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN DAN PROFESIONALISME BIDAN


                                              KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji syukur hanya bagiNya. Semoga senantiasa selalu beserta kita.
Puji  syukur kepada Tuhan kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah-Nya. Sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar tepat pada waktunya.
Makalah dengan judul “KEPRIBADIAN” sebagai tugas mata kuliah Pengembangan Kepribadian dan Profesionalisme Bidan.
Dalam penulisan makalah ini kami bayak menerima bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini ,kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Dr. Hj. SRI LANGGENG RATNASARI, SE, MM selaku dosen mata kuliah Pengembangan Kepribadian dan Profesionalisme Bidan.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa Akbid Universitas Batam. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena masih banyak kekurangan dan kesalahan.  Maka kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk meyempurnakan makalah ini.
Dengan makalah ini,kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kami serta pembaca pada umumnya.
                                                                        
                                                                                         Batam, 12 Maret 2016

















DAFTAR ISI
Halaman judul…………………………………………............................................................…………I
Kata pengantar………………………………………...........................................................…………..II
Daftar isi…………………………………………………………...............................................................III
BAB I PENDAHULUAN
            A.Latar belakang…............................................................………………………………………..1
            B.Rumusan masalah………………………………………...........................................................1
            C.Tujuan…………………………………………………...................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
PENGERTIAN KEPRIBADIAN…………………………………………………………………………………….3
MAKNA KEPRIBADIAN MENURUT PENGERTIAN SEHARI-HARI………………………………..3
DEFINISI KEPRIBADIAN MENURUT PSIKOLOGI………………………………………………………..3
ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN……………………………………………………………………………………3-4
CIRI-CIRI KEPRIBADIAN……………………………………………………………………………………………4
Kepribadian yang Sehat…………………………………………………………………………4-5
Kepribadian yang Tidak Sehat……………………………………………………………….5-6
FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPRIBADIAN……………………………………………………………….6
Faktor Keturunan…………………………………………………………………………………..6
Faktor Lingkungan………………………………………………………………………………….6-7
SIFAT-SIFAT KEPRIBADIAN……………………………………………………………………………………….7
CARA IDENTIFIKASI KEPRIBADIAN……………………………………………………………………………7
Myers-Briggs Type Indicator…………………………………………………………………..7
Model Lima Besar…………………………………………………………………………………..7
MENILAI KEPRIBADIAN…………………………………………………………………………………………….8
SIFAT KEPRIBADIAN UTAMA YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ORGANISASI………..8
Evaluasi Inti Diri………………………………………………………………………………………8
Machiavellianisme………………………………………………………………………………….9
Narsisisme………………………………………………………………………………………………9
Pemantauan Diri…………………………………………………………………………………….9
Kepribadian Tipe A……………………………………………………………………………….…9
Kepribadian Proaktif……………………………………………………………………………….9
PERAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA PEMBENTUKAN PRIBADI BIDAN………….….10
Apek-aspek Kecerdasan Emosi……………………………………………………………….11
Kesadaran Diri…………………………………………………………………………….11
Mengelola Emosi………………………………………………………………………..11
Memanfaatkan Emosi secara Produktif………………………………………11
Empati………………………………………………………………………………………..12
Membina Hubungan…………………………………………………………………..12
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan…………………………………………...................................................................13
B.     Saran………………………………………………......................................................................13

Daftar pustaka…………………………………………............................................................................14

BAB IPENDAHULUAN
       A.    LATAR BELAKANG
Kepribadian adalah gambaran cara seseorang bertingkah laku terhadap lingkungan sekitanya, yang terlihat dari kebiasaan berfikir, sikap dan minat, serta pandangan hidupnya yang khas untuk mempunyai keajegan.
Karena dalam kehidupan manusia sebagai individu ataupun makhluk social, kepribadian senantiasa mengalami warna-warni kehidupan.Ada kalanya senang, tentram, dan gembira.Akan tetapi pengalaman hidup membuktikan bahwa manusia juga kadang-kadang mengalami hal-hal yang pahit, gelisah, frustasi dan sebagainya.Ini menunjukan bahwa manusia mengalami dinamika kehidupan.
Kepribadian sangat mmencerminkan perilaku seseorang. Kita bisa tahu apa yang sedang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan dpengalamn diri kita sendiri. Hal ini karena dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Oleh karena itu kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain. Kita harus memahami definisi kepribadian serta bagaiman kepribadian itu terbentuk.Untuk itu kita membutuhkan teori-teori tingkah laku, teori kepribadian agar gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.
Mempelajari kepribadian merupakan hal yang menarik karena dinamika pengetahuan mengenai diri kita sendiri secara otomatis akan bertambah. Hal ini karena hakikatnya manusia adalah yang ada dan tumbuh berkembang dengan kepribadian yang menyertai setiap langkah dalam hidupnya.

B.    RUMUSAN MASALAH
Batasan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini hanya mengenai:
Pengertian Kepribadian
Makna Kepribadian dalam Kehidupan Sehari-hari
Definisi Kepribadian menurut Psikologi
Aspek-aspek Kepribadian
Ciri-ciri Kepribadian
Faktor-faktor Penentu Kepribadian
Sifat-sifat Kepribadian
Cara Identifikasi Kepribadian
Menilai Kepribadian
Sifat Kepribadian Utama yang Mempengaruhi Perilaku Organisasi
Peran Kecerdasan Emosional pada Pembentukan Pribadi Bidan



C.    TUJUAN
Untuk mengetahui apa itu kepribadian
Untuk mengetahui makna kepribadian dalam kehidupan sehari-hari
Untuk mengetahui definisi kepribadian menurut psikologi
Untuk mengetahui aspek-aspek kepribadian
Untuk mengetahui ciri-ciri kepribadian
Untuk mengetahui faktor-faktor penentu kepribadian
Untuk mengetahui sifat-sifat kepribadian
Untuk mengetahui cara mengidentifikasi kepribadian
Untuk mengrtahui cara menilai kepribadian
Untuk mengetahui sifat kepribadian utama yang mempengaruhi perilaku organisasi
Untuk mengetahui peran kecerdasan emosional pada pembentukan pribadi bidan
























BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Kepribadian dalam bahasa Inggris adalah personality.Istilah itu berasal dari bahasa Yunani, yaitu persona, yang berarti topeng dan personare, yang artinya menembus.Istilah topeng berkenaan dengan salah satu atribut yang dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman Yunani Kuno.Dengan topeng yang dikenakan diperkuat dengan gerak-gerik ucapannya, karekter tokoh yang diperankan tersebut dapat menembus keluar, dalam arti dapat dipahami oleh para penonton.
Kemudian, kata persona yang semula berarti topeng, diartikan sebagai pemainnya, yang memainkan peranan seperti digambarkan dalam topeng tersebut. Saat ini, istilah personality oleh para ahli dipakai untuk menunjukan atribut tentang individu, atau menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia.

MAKNA KEPRIBADIAN MENURUT PENGERTIAN SEHARI-HARI

Disamping itu kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”

DEFINISI KEPRIBADIAN MENURUT PSIKOLOGI
Berdasarkan psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN
Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
Temperamen, yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
Sikap, yaitu sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
Responsibilitas (tanggung jawab), yaitu kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
CIRI-CIRI KEPRIBADIAN
Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :
KEPRIBADIAN YANG SEHAT
Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.

Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
KEPRIBADIAN YANG TIDAK SEHAT
Mudah marah (tersinggung)
Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
Kebiasaan berbohong
Hiperaktif
Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
Senang mengkritik/mencemooh orang lain
Sulit tidur
Kurang memiliki rasa tanggung jawab
Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama

Pesimis dalam menghadapi kehidupan
Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

FAKTOR-FAKTOR KEPRIBADIAN

FAKTOR KETURUNAN
Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah.
Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.

FAKTOR LINGKUNGAN
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain.


Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.

SIFAT-SIFAT KEPRIBADIAN
Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.
CARA IDENTIFIKASI KEPRIBADIAN
Terdapat sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasi sifat-sifat utama yang mengatur perilaku. Seringnya, upaya ini sekadar menghasilkan daftar panjang sifat yang sulit untuk digeneralisasikan dan hanya memberikan sedikit bimbingan praktis bagi para pembuat keputusan organisasional. Dua pengecualian adalah Myers-Briggs Type Indicator dan Model Lima Besar.  Selama 20 tahun hingga saat ini, dua pendekatan ini telah menjadi kerangka kerja yang dominan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat seseorang.
MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) adalah tes kepribadian menggunakan empat karakteristik dan mengklasifikasikan individu ke dalam salah satu dari 16 tipe kepribadian. Berdasarkan jawaban yang diberikan dalam tes tersebut, individu diklasifikasikan ke dalam karakteristik ekstraver atau introver, sensitif atau intuitif, pemikir atau perasa, dan memahami atau menilai. Instrumen ini adalah instrumen penilai kepribadian yang paling sering digunakan. MBTI telah dipraktikkan secara luas di perusahaan-perusahaan global seperti Apple Computers, AT&T, Citgroup, GE, 3M Co., dan berbagai rumah sakit, institusi pendidikan, dan angkatan bersenjata AS.
MODEL LIMA BESAR
Myers-Briggs Type Indicator kurang memiliki bukti pendukung yang valid, tetapi hal tersebut tidak berlaku pada model lima faktor kepribadian -yang biasanya disebut Model Lima Besar. Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah besar penelitian mendukung bahwa lima dimensi dasar saling mendasari dan mencakup sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia. Faktor-faktor lima besar mencakup ekstraversi, mudah akur dan bersepakat, sifat berhati-hati, stabilitas emosi, dan terbuka terhadap hal-hal baru.


MENILAI KEPRIBADIAN
Alasan paling penting mengapa manajer perlu mengetahui cara menilai kepribadian adalah karena penelitian menunjukkan bahwa tes-tes kepribadian sangat berguna dalam membuat keputusan perekrutan. Nilai dalam tes kepribadian membantu manajer meramalkan calon terbaik untuk suatu pekerjaan.
Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian :
Survei mandiri, (yang diisi sendiri oleh individu) adalah cara paling umum yang digunakan untuk menilai kepribadian. Kekurangan dari survei jenis ini adalah individu mungkin berbohong atau hanya menunjukkan kesan yang baik. Hal ini benar-benar menjadi masalah ketika hasil survei tersebut dijadikan dasar penerimaan karyawan. Kekurangan lain dari survei jenis ini adalah akurasi. Seorang kandidat dengan talenta yang bagus bias saja sedang dalam suasana hati yang buruk ketika survei tersebut dilakukan.
Survei peringkat oleh pengamat dikembangkan untuk memberikan suatu penilaian bebas mengenai kepribadian. Oleh karena itu, daripada dilakukan sendiri oleh individu seperti dalam kasus survei mandiri, survei ini mungkin dapat dilakukan oleh rekan kerja (bias dengan sepengetahuan individu yang dinilai, bias tidak). Meskipun survei mandiri dan survei peringkat oleh pengamat sangat berkaitan, penelitian mengungkapkan bahwa survei peringkat oleh pengamat murupakan dasar pertimbangan yang lebih baik atas keberhasilan suatu pekerjaan. Penting untuk disadari bahwa survei mandiri dan survei peringkat oleh pengamat bias memberi tahu kita sesuatu yang unik mengenai perilaku seorang individu di tempat kerja.
Ukuran proyeksi (Rorschach Inkblot test dan Thematic Apperception Test). Dalam Rorschach Inkblot test, individu diminta untuk menyatakan menyerupai apakah inkblot yang disediakan. TAT adalah serangkaian gambar (lukisan atau foto) pada kartu. Individu yang diuji diminta menuliskan kisah dari setiap gambar yang dilihatnya. Dengan Rorschach dan TAT, para ahli kemudian menilai respons-respons tersebut telah terbukti sebagai suatu tantangan karena seorang ahli acap kali menilai hasil-hasil tersebut secara berbeda satu sama lain. Dengan demikian, tidak mengejutkan jika penelitian terbaru mengungkapkan bahwa ukuran proyeksi sangat tidak efektif. Untuk alasan ini, ukuran proyeksi jarang digunakan.
SIFAT KEPRIBADIAN UTAMA YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ORGANISASI

EVALUASI DIRI INTI
Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas lingkungan mereka. Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan oleh dua elemen utama: harga diri dan lokus kendali. Harga diri didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia.




MACHIAVELLIANISME
Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme berasal dari nama Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.
NARSISISME
Narsisisme adalah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk. Individu narsisis seringkali ingin mendapatkan pengakuan dari individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang mengancam mereka. Individu narsisis juga cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya.
PEMANTAUAN DIRI
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor situasional eksternal. Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah.
KEPRIBADIAN TIPE A
Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara, karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang berhasil. Karakteristik tipe A adalah :
Selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
Merasa tidak sabaran;
Berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang bersamaan;
Tidak dapat menikmati waktu luang;
Terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang bisa mereka peroleh.
KEPRIBADIAN PROAKTIF
Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif menciptakan perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.



PERAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA PEMBENTUKAN PRIBADI BIDAN
Kecerdasan emosional adalah intelegensi dunia perasaan seorang individu. Seorang pakar mengartikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan individu untuk mengenali emosi (perasaan) diri sendiri dan emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi itu dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain (Goleman, 1999 dalam Ramli, 2001).
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengadakan dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan,mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban stress (tekanan mental) tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, punya empati dan banyak berdoa.(Daniel Goleman,1999).
Kecerdasan Emosional (EQ) tumbuh seiring pertumbuhan seseorang sejak lahir hingga meninggal dunia. Pertumbuhan EQ dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, dan contoh-contoh yang didapat seseorang sejak lahir dari orang tuanya. Kecerdasan Emosi menyangkut banyak aspek penting, yang agaknya semakin sulit didapatkan pada manusia modern, yaitu:
         Empati (memahami orang lain secara mendalam)
         Mengungkapkan dan memahami perasaan
         Mengendalikan amarah
         Kemandirian
         Kemampuan menyesuaikan diri
         Disukai
         Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi ketekunan
         Kesetiakawanan
         Keramahan
         Sikap hormat
Shapiro (1999) kecerdasan emosional sangat berhubungan dengan berbagai hal yaitu perilaku moral, cara berfikir yang realistik, pemecahan masalah, interaksi sosial, emosi diri, dan keberhasilan baik secara akademik maupun pekerjaan. Secapramana (1999) mengemukakan kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali, mengolah dan mengontrol emosi agar seseorang mampu berespon secara positif terhadap setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi tersebut.
Kesimpulannya bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengenali,  mengelola dan mengendalikan emosi pada diri sendiri, memahami perasaan orang lain, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, pemecahan masalah, serta berpikir realistis sehingga mampu berespon secara positif terhadap setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi tersebut.










ASPEK-ASPEK KECERDASAN EMOSI
Hubungan kecerdasan emosional dalam pembentukan kepribadian bidan adalah dipengaruhi oleh aspek-aspek  atau unsur-unsur kecerdasan emosi :
KESADARAN DIRI
Kesadaran diri, yaitu mengenal dan meraskan emosi sendiri,memahami faktor penyebab perasaan yang timbul,mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan.
Sebagai seorang bidan  mampu  untuk mengetahui apa yang ia rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu dalam pengambilan keptuusan bagi diri sendiri misal ada pasien remaja hamil diluar nikah datang untuk minta aborsi sebagai seorang bidan kita bisa mngambil keputusan untuk menolak karena dosa dan merupaka tindakan ilegal dan melanggar kode etik bidan.
MENGELOLA EMOSI
Mengelola emosi yaitu bersikap toleransi terhadap frustasi,mampu mengendalikan marah secara lebih baik,dapat  mengendalikan perilaku agresif yang merusak diri sendiri dan orang lain,memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri dan orang lain,memiliki kemampuan untuk mengatasi stres dan dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas.
Dalam pribadi bidan  terbentuk kemampuan  menangani emosinya sendiri sehingga berdapak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
Misal: Seorang bidan yang bertugas di desa, pada hari raya lebaran mau mudik,ternyata tiba-tiba ada ibu yang datang mau melahirkan.Dalam kondisi tersebut bidan bisa bersikap menerima pasien tersebut dan menolongnya dengan ikhlas dan baru pergi mudik setelah ibu tersebut melahirkan dan kondisi ibu baik.
MEMANFAATKAN EMOSI SECARA PRODUKTIF
Memanfaatkan emosi secara produktif yaitu memiliki rasa tanggung jawab,mampu memusatkan perhatian pada tugas yang  dikerjakan dan tidak bersikap impulsive.
Sebagai bidan mampu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif serta mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi.
Misal : Perjuangan bidan yang baru diterjunkan di desa yang jarang terjamah tangan kesehatan.Untuk merubah perilaku seseorang memang  sangat sulit seperti imunisasi,ibu-ibu tidak mau mengimunisasikan bayinya dengan alasan menyakiti,nanti panas dll.Walaupun bidan sudah mengratiskan ,melawang tapi tetap di tolak.Dan bidan tidak  boleh menyerah, dengan melakukan pendekatan secara pelan-pelan dan tidak pantang menyerah akhirnya sekarang imunisasi menjadi kebutuhan sehingga ibu-ibu sekarang sudah membawa anaknya ke Pelayanan kesehatan untuk imunisasi secara sadar tanpa paksaan.




EMPATI
Empati yaitu mampu menerima sudut pandang orang lain,memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain,mampu mendengarkan orang lain.
Sebagi Bidan  mampu untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe orang  juga  kemampuan menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi, yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain.
Misal: Bidan menerima pasien  berobat tapi pasien tersebut tidak mempunyai biaya,sebagai bidan mengratiskan biaya orang berobat yang tidak mampu tersebut merupakan tindakan empati. 
MEMBINA HUBUNGAN
Membina hubungan yaitu bisa memahami pentingnya menbina hubungan dengan orang lain,dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain,memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain,memiliki sikap bersahabat dan mudah bergaul dengan orang lain,memiliki sikap tenggang rasa,memiliki perhatian terhadap kepentingan orang lain,Dapat hidup selaras dengan kelompok,bersikap senang berbagi rasa dan kerjasama,bersikap demokrasi.
Sebagi bidan mampu  untuk membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, meyakinkan, mempengaruhi dan membuat orang lain nyaman, serta dapat terjadi pendengar yang baik. Kemampuan untuk mengendalikan emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan cermat dapat berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan permasalahan dan bekerja sama dengan tim.
Misal Seorang Bidan  ingin memggalang dana untuk program dana sehat di desa, Bidan tersebut bekerja sama dengan para perangkat desa,toma,toga untuk mendapatkan dukungan dalam penggalangan dana  untuk dana sehat bagi masyarakat.
Dari penjelasan mengenai kecerdasan emosional diatas. Pasti kita berfikir bagaimana kita bisa mengetahui kecerdasan emosi seseorang?
Sebagai bidan yang cerdas secara emosional maka aspek aspek diatas akan   muncul dalam pribadi bidan dengan sendirinya,baik dalam keseharian maupun tugas kita.













BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Alasan paling penting mengapa manajer perlu mengetahui cara menilai kepribadian adalah karena penelitian menunjukkan bahwa tes-tes kepribadian sangat berguna dalam membuat keputusan perekrutan. Nilai dalam tes kepribadian membantu manajer meramalkan calon terbaik untuk suatu pekerjaan.
Seorang Bidan juga wajib memiliki kepribadian yang baik untuk menunjang profesionalismenya sebagai seorang Bidan dengan menerapkan asprk-aspek kecerdasan emosi.
B.    SARAN
Seperti yang kita ketahui kepribadian memilki definisi dan ciri ciri yang sudah disebutkan diatas, maka untuk dapat meningkatkan kinerja dalam prilaku organisasi kita hendaknya tahu betul apa itu pengertian ciri manfaat serta memahami apa itu kepribadian seseorang sehingga dalam  proses pengorganisasian tidak terjadi kesalahan dalam perekrutan di dunia kerja nantinya. Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat dan bisa menjadi panduan dalam mengembangkan kepribadian seseorang. Kamipun menyadari masih banyak kekurangan, saran dan kritik sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.


















DAFTAR PUSTAKA

-          Buchanan and A. Huczynski. 1977. Organizational Behavior: Integrated Readings. London: Prentice

-          Handoko. Hani T. 2003. Manajemen Edisi 2. BPFE: Yogyakarta

-          Ardana, Komang; Mujiati, Ni Wayan; Ayu Sriathi, Anak Agung. 2009. Perilaku Keorganisasian. Edisi dua. Yogyakarta : Graha Ilmu.

-          Davis, Keith & Newstrom, John W. 1996. Perilaku Dalam Organisasi. Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.

-          http://psycomap.blogspot.com/perilaku-organisasi-suatu-tinjauan.html

-          http://arhieword.wordpress.com/2012/04/05/makalah-perilaku-organisasi-kepribadian-dan-emosi/

-      https://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian

-      http://www.anakciremai.com/2008/05/makalah-psikologi-tentang-sifat-sifat.html

-      https://widiyacipta.wordpress.com/tag/makalah-pengembangan-kepribadian-dan-profesional-bidan/

-      http://bidhandhora.blogspot.co.id/2013/07/10-kepribadian-luar-biasa.html

-      http://e-srihastuti.blogspot.co.id/2012/03/peran-eq-dalam-pembentukan-pribadi.html


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar